LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
RUMAH PELAYANAN SOSIAL USIA LANJUT PUCANG GADING SEMARANG
Disusun Oleh :
YULIANTI WIDYA LIKA A. G0A016083
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
bidang kesehatan dibeberapa negara
termasuk Indonesia sangat mempengaruhi
kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.
Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) menjadi meningkat dan cenderung
bertambah. Jumlah penduduk lansia mengalami
peningkatan diseluruh dunia, baik di negara maju maupun negara
berkembang.
Berdasarkan data dari
(National Centre of Health Statistics (NCHS), angka penduduk lansia di Amerika
Serikat mencapai lebih dari 35 juta jiwa atau sebesar 12% dan diperkirakan pada
tahun 2050, meningkat menjadi 20%. Begitu juga di negara-negara maju lainnya
diseluruh dunia seperti: Italia, Swedia, Norwegia, Belgia, Spanyol, Bulgaria,
Jepang, Jerman, Inggris, serta Prancis juga mempunyai penduduk lansia cukup
tinggi, yaitu mencapai 16% [1].
Pertumbuhan penduduk
lansia di negara-negara maju, juga diikuti oleh negara berkembang, diantaranya
adalah Indonesia. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa
atau hampir 10% jumlah penduduk. Padahal, sekitar tahun 1970 baru ada 2 juta
orang. Selama 40 tahun, pertambahan jumlah lansia 10 kali lipat, sedangkan
jumlah penduduk hanya bertambah 2 kali lipat[2]. Para ahli memproyeksikan pada
tahun 2020 mendatang usia harapan hidup lansia menjadi 71,7 tahun dengan
perkiraan jumlah lansia 28,8 juta jiwa atau 11,34%.
Peningkatan jumlah lansia
tersebut akan menimbulkan masalah pada usia lanjut terutama masalah
degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang semakin tinggi angka
prevalensinya dan perlu diwaspadai adalah osteoporosis.
Menurut World Health
Organization (WHO), pada tahun 2009 osteoporosis menduduki peringkat
kedua dibawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data
Internasional Osteoporosis Foundation (IOF) lebih dari 30% wanita
diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat
osteoporosis, bahkan mendekati 40%, sedangkan pada pria, resikonya berada pada
angka 13% (WHO, 2009).
Angka ini yang semakin
menunjukkan bahwa lansia jelas memiliki resiko yang besar terhadap kejadian kanker
atau bahkan osteoporosis.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu osteoporosis?
2. Bagaimana menangani pasien oosteoporosis?
3. Apa dampak yang sering timbul pada penderita
osteoporosis?
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Defenisi Osteoporosis
Osteoporosis
adaah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan massa
tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan meningkatnya resiko
patah tulang (WHO, International Consensus Development Conference, Roma,
1992)[3].
Massa tulang laki – laki
dan perempuan akan berkurang seiring bertambahnya usia. Massa tulang pada
perempuan berkurang lebih cepat dibanding dengan laki – laki. Hal ini terjadi
karena pada masa menopause, fungsi ovarium menurun drastis dan berdampak pada
produksi hormon estrogen dan progesteron. Saat hormon estrogen turun kadarnya
karena lansia, maka terjadilah penurunan kerja sel osteoblas ( pembentukan
tulang baru) dan terjadi peningkatan kerja sel osteoklas ( penghancur tulang).
2.2. Penyebab Osteoporosis
Penyebab osteoporosis
secara garis besar dikelompokkan dalam dua kategori:
1. Penyebab primer
Penyebab primer ini dapat
terjadi karena menopause, usia lanjut dan penyebab – penyebab lain yang belum
diketahui secara pasti.
2. Penyebab skunder
Penyebab skunder dari
penyakit ini adalah karena adanya penggunaan obat koryikosteroid, gangguan
metabolisme, gizi buruk, penyakit tulang sumsum, gangguan fungsi ginjal,
penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat saraf tulang belakang,
rematik, transplantasi organ
2.3. Patofisiologi Osteoporosis
Dalam
keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang
yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada
perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari
proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang.
Proses konsolidasi secara
maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan
lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun,wanita akan mengalami
penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 % / tahun dan bagian trabekula
pada usia lebih muda. Pada wanita 40-50 % , penurunan massa tulang lebih cepat
pada bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra. Bagian-bagian tubuh yang
sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian
distal[4].
2.4. Klasiffikasi Osteoporosis
Berdasarkan penyebabnya,
osteoporosis dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Osteoporosis postmenopausal
Osteoporosis jenis ini
terjadi karena kurangnya hormon estrogen yang membantu mengatur pengangkutan
kalsium ke dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejalanya timbul pada usia 57
– 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat.
2. Osteoporosis senilis
Osteoporosis inimerupakan
akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dengan pembentukan tulang
baru. Penyakit ini hanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih
mungkin menyerang perempuan.
3. Osteoporosis skunder
Osteoporosis jenis ini
terjadi karena penyakit medis lainnya. Biasanya, gagal ginjal kronik, kelainan
hormonal ( tiroid, paratiroid dan adrenal). Pemakaian alkohol yang berlebihan
dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik
Osteoporosis ini belum
diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang
memiliki kadar dan fungsi hormonal yang normal, vitamin yang normal dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
2.5. Faktor Resiko
Faktor resiko yang sering
tampak pada orang dengan:
a. Menopause dini / amenore
b. Kurang olahraga
c. Merokok
d. Minum alkohol
e. Badan kurus
f. Tidak punya anak
g. Asupan kalsium rendah
h. Kontak dengan sinar matahari sedikit
i. Pemakaian kortikosterooid
j. Memiliki riwayat osteoporosis
2.6. Manifestasi Klinis
Pada awalnya penderita
osteoporosis tidak mengetahui mereka menderita osteoporosis. Namun, seiring
berjalannya waktu muncullah gejala – gejala berikut:
a. Nyeri terus menerus
b. Tubuh memendek
c. Mudah menderita patah tulang, terutama
tulang pinggul
d. Disertai gejala menopause, panas, banyak
keringat, keputihan dan susah tidur
e. Pasca menopause, pelupa dan nyeri tulang
belakang.
2.7. Penegak Diagnosa
a. Pengukuran massa tulang
b. Radiologi ; sinar X
c. Tes darah dan urine
d. Skrining osteoporosis
2.8. Penatalaksanaan
Pada osteoporosis
biasanya tidak dapat disembuhkan seperti sediakala namun,prinsip pengobatan
yang selalu digunakan adalah:
a. Meningkatkan pembentukan tulang,
obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan
steroid anabolik
b. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan
yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan
difosfonat
Pada osteoporosis yang
telah mengalami patah tulang panggul, biasanya diatasi dengan pembedahan, patah
tulang pergelangan biasanya di gips, jika terjadi penipisan tulang disertai
dengan nyeri hebat, maka diberikan pereda nyeri, dipasangi support baxk brace
dan dilakukan terapi fisik dengan melakukan kompres nyeri selama 10 – 20 menit.
2.9. Pencegahan
1. Makanan Seimbang dan Asupan Kalsium yang
Cukup
Diet yang seimbang
terdiri dari berbagai macam makanan dan asupan kalsium yang cukup adalah suatu
tahapan penting dalam membentuk dan menjaga tulang tetap kuat dan sehat untuk
mencegah osteoporosis. Kalsium di dalam darah memiliki berbagai macam fungsi. Jika
kadar kalsium dalam darah tidak cukup, maka tubuh akan mengambil kalsium dari
tulang. Kadar kalsium dalam makanan yang direkomendasikan adalah 1000 mg/hari.
pada wanita yang telah menopause dan laki-laki yang telah berumur lebih dari 70
tahun membutuhkan kalsium lebih dari 1300 mg/hari. Pada anak-anak yang sedang
mengalami masa pertumbuhan membutuhkan kalsium lebih dari 1300 mg/hari.
Berbagai macam makanan yang merupakan sumber kalsium adalalah susu, yogurt,
keju, bayam, brokoli, ikan sarden, ikan salmon, kacang almond, sereal, produk
kedelai dan roti.
2. Vitamin D
Vitamin D dan kalsium
berperan dalam membentuk kepadatan tulang. Vitamin D berperan dalam penyerapan
kalsium dari makanan. Tanpa vitamin D yang cukup, tubuh tidak mampu menyerap
kalsium dari makanan yang kita makan sehingga tubuh akan mengambil kalsium dari
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Vitamin D berasal dari 2
sumber yaitu vitamin D yang dibentuk di dalam kulit dengan bantuan sinar
matahari dan vitamin D yang didapatkan dari makanan. Agar vitamin D dapat
terbentuk di dalam kulit, maka sangat penting memaparkan tangan, wajah dan kaki
pada sinar matahari pagi selama 6-8 menit tiap hari. Vitamin D juga bisa
didapatkan dari berbagai makanan antara lain: ikan salmon, hati, telur, susu
rendah lemak dan mentega. Kebutuhan vitamin D yang direkomendasikan adalah 800
IU/hari.
3. Olah Raga
Olah raga sangat penting
untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Tulang sama seperti otot yaitu jaringan
tulang berespon terhadap olah raga yaitu menjadi lebih padat dan kuat. Puncak
kepadatan tulang terjadi pada umur 30 tahun. Olah raga yang paling baik untuk
mencegah terjadinya osteoporosis adalah weight bearing exercise yaitu olah raga
yang melibatkan perlawanan terhadap gaya gravitasi seperti berjalan, mendaki,
lari, memanjat, tenis, menari dan melompat. Jenis olah raga lain yang juga baik
untuk mencegah osteoporosis adalah latihan kekuatan otot yaitu olah raga yang
menggunakan kekuatan otot untuk membangun massa otot dan juga membantu memperkuat
tulang, misalnya olah raga angkat beban. Olah raga sebaiknya dilakukan 3 kali
dalam seminggu selama 30 menit. Olah raga harus dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan untuk dapat mencegah osteoporosis.
4. Stop Merokok
Orang yang merokok memiliki
kepadatan tulang yang lebih rendah daripada orang yang tidak merokok. Merokok
tidak baik untuk kesehatan tulang, jantung dan paru. Pada wanita, nikotin yang
terkandung di dalam rokok dapat menghambat efek perlindungan tulang oleh hormon
estrogen. Wanita perokok lebih cepat mengalami menopause sehingga akan lebih
cepat mengalami osteoporosis karena kepadatan tulang menurun lebih cepat
setelah menopause.
5. Kurangi Minuman Berkafein
Minuman berkafein seperti
teh, kopi dan cola dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis.
6. Stop Alkohol
Konsumsi alkohol yang
berlebihan dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Peminum berat
lebih sering mengalami patah tulang karena nutrisi yang tidak adekuat dan juga
alkohol dapat meningkatkan resiko terjatuh yang menyebabkan terjadinya patah
tulang. Patah tulang yang terjadi berulang kali dapat meningkatkan terjadinya
osteoporosis.
3.0 Manifestasi radiologi
a. Gejala radiologi yang khas adalah
densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebrae
spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya merupakan lokalisasi yang
paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya trabeculla transversal
merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus vertebrae menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus ke dalam ruang
intervertebralis dan menyebabkan deformitas mbiconcave.
b. Ct-Scan, dengan alat ini dapat
diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang mempunyai nilai penting dalam
dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral di atas 110 mg/cm3 biasanya
tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau penonjolan, sedangkan dibawah 65 mg/cm3
hampir semua penderita mengalami fraktur.
3.1Pemeriksaan laboratorium
a. Kadar Ca., P dan alkali posfatase
tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b. Kadar HPT (pada post menopause kadar
HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen merangsang pembentukan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA
menurun.
d. Ekskresi fosfat dan hydroksyproline
terganggu sehingga meningkat kadarnya.
2.10. Asuhan Keperawatan pada Osteoporosis
1. Pengkajian
Promosi kesehatan,
identifikasi individu dengan resiko mengalami osteoporosis, dan penemuan
masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian
keperawatan. Wawancara meliputu pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis
dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan,
awitan menopause, dan penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok
dan kafein. Setiap gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang,
konstipasi atau gangguan citra diri, harus digali.
Pemeriksaan fisik kadang
menemukan adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau pemendekan
tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernafasan
dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi
dapat terjadi akibat inaktifitas.
2. Diagnosa Yang Dapat Muncul
1. Kurang pengetahuan mengenai proses
osteoporosis dan program terapi
2. Nyeri b.d spasme otot, fraktur
3. Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi
ileus
4. Resiko terhadap cidera : farktur b.d
osteoporosis
3. Intervensi
Nyeri
sehubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae
Tujuan ;
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria :
- Klien akan mengekspresikan perasaan
nyerinya
- Klien dapat tenang dan istirahat
yang cukup
- Klien dapat mandiri dalam perawatan
dan penanganannya secara sederhana
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Pantau
tingkat nyeri pada punggung, terlokalisisr atau nyeri menyebar pada abdomen
atau pinggang
-
Ajarkan
pada klien tentang alternatif lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa
nyerinya.
-
Kaji
obat-obatan untuk mengatasi nyeri
-
Rencanakan
pada klien tentang periode istirahat adequat dengan berbaring dengan posisi
terlentang selam kurang lebih 15 menit
|
-
Tulang
dalam peningkatan jumlah trabekuler, pembatasan gerak spinal.
-
Laternatif
lain untuk mengatasi nyeri pengaturan posisi, kompres hangat dan sebagainya.
-
Keyakinan
klien tidak dapat mentolelir akanb obat yang adequaty atau tidak adequat
untuk mengatasi nyerinya.
-
Kelelahan
dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas sehari-hari.
|
Perubahah
mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan
skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
Tujuan
:
Setelah
diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik.
Kriteria
:
-
Klien
dapat meningkatkan mobilitas fisik
-
Klien
mampu melakukan ADL secara independent
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Kaji
tingkat kemampuan klien yang masih ada
-
Rencanakan
tentang pemberian program latihan :
¤ bantu klien jika diperlukan
latihan
¤ ajarkan klien tentang ADL yang
bisa dikerjakan,
¤ ajarkan pentingnya latihan
-
Bantu
kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan ADL, rencana okupasi
-
Peningkatan
latihan fisik secara adequat :
¤ Dorong latihan dan hindari tekanan
pada tulang seperti berjalan
¤ Instruksikan klien latihan selama
kurang lebi 30 menit dan selingi dengan isitirahat dengan berbaring selam 15
menit
¤ Hindari latihan fleksi, membungkuk
dengan tiba-tiba danmengangkat beban berat
|
-
Dasar
untuk memberikan alternatif dan latihan gerak yang sesuai dengan
kemampuannya.
-
Latihan
akan meningkatkan pergrakan otot dan stimulasi sirkulasi darah.
-
ADL
secara independent
-
Dengan
latihan fisik :
¤ Massa otot lebih besar sehingga
memberikan perlindungan pada osteoporosis
¤ Program latihan merangsang
pembentukan tulang
¤ Gerakan menibulkan kompresi
vertikal dan risiko fraktur vertebrae
|
Risiko
injury (cedera) berhubungan dengan
dampak sekunder perubahan skletal dan ketidakseimbangan tubuh
Tujuan :
Injury
(cedera) tidak terjadi
Kriteria :
- Klien tidak jatuh dan fraktur tidak
terjadi
- Klien dapat menghindari aktivitas
yang mengakibatkan fraktur
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Ciptakan
lingkungan yang bebas dari bahaya :
¤ Tempatkan klien pada tetmpat tidur
rendah
¤ Amati lantai yang membahayakan
klien
¤ Berikanpenerangan yang cukup
¤ Tempatkan klien pada ruangan yang
tertutup dan mudah untuk diobservasi
¤ Ajarkan klien tentang pentingnya
menggunakan alat pengaman di ruangan
-
Berikan
support ambulasi sesuai dengan kebutuhan :
¤ Kaji kebutuhan untuk berjalan
¤ Konsultasi dengan ahli terapis
¤ Ajarkan klien untuk meminta
bantuan bila diperlukan
¤ Ajarkan klien waktu berjalan dan
keluarg ruangan
-
Bantu
klien untuk melakukan ADL secara hati-hati
-
Ajarkan
pad aklien untuk berhenti secara pelan-pelan, tidak naik tangga dan
mengangkat beban berat
-
Ajarkan
pentingnya diit untuk mencegah osteoporosis :
¤ Rujuk klien pada ahli gizi
¤ Ajarkan diit yang mengandung
banyak kalsium
¤ Ajarkan klien untuk mengurangi
atau berhenti menggunakan rokok atau kopi
-
Ajarkan
efek dari rokok terhadap pemulihan tulang
-
Observasi
efek samping dari obat-obtan yang digunakan
|
-
Menciptkan
lingkungan yang aman danmengurangi resiko terjadinya kecelakaan.
-
Ambulasi
yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.
-
Penarikan
yang terlaluk keras akanmenyebakan terjadinya fraktur.
-
Pergerakan
yang cepat akan lebih mudah terjadinya fraktur kompresi vertebrae pada klien
dengan osteoporosis.
-
Diit
calsium dibutuhkan untuk mempertahnkan kalsium dalm serum, mencegah
bertambahnya akehilangan tulang. Kelebihan kafein akan meningkatkan
kehilangan kalsium dalam urine. Alkohorl akan meningkatkan asioddosis yang
meningkatkan resorpsi tulang.
-
Rokok
dapat meningkatkan terjadinya asidosis
-
Obat-obatan
seperti deuritik, phenotiazin dapat menyebabkan dizzines, drowsiness dan
weaknes yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh.
|
DAFTAR PUSTAKA
1. Compston,Juliet.2002.Bimbingan Dokter
Pada Osteoporosis.Jakarta:Dian Rakyat.
2. Junaidi,Iskandar.2007.Osteoporosis.Jakarta:Gramedia.
4. Sain,Iwan.2011. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Metabolisme Tulang : Osteoporosis.
5. Widya,Febri. 2010. Penelitian Hubungan
Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis Dengan Tingkat Resiko Osteoporosis Pada Lansia
Di Pstw Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman Tahun 2010. Padang: Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar