Senin, 10 Desember 2018

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA




LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
RUMAH PELAYANAN SOSIAL USIA LANJUT PUCANG GADING SEMARANG
Disusun Oleh :
YULIANTI WIDYA LIKA A.      G0A016083


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan  teknologi terutama bidang kesehatan  dibeberapa negara termasuk Indonesia  sangat mempengaruhi kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) menjadi meningkat dan cenderung bertambah. Jumlah penduduk lansia mengalami  peningkatan diseluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Berdasarkan data dari (National Centre of Health Statistics (NCHS), angka penduduk lansia di Amerika Serikat mencapai lebih dari 35 juta jiwa atau sebesar 12% dan diperkirakan pada tahun 2050, meningkat menjadi 20%. Begitu juga di negara-negara maju lainnya diseluruh dunia seperti: Italia, Swedia, Norwegia, Belgia, Spanyol, Bulgaria, Jepang, Jerman, Inggris, serta Prancis juga mempunyai penduduk lansia cukup tinggi, yaitu mencapai 16% [1].
Pertumbuhan penduduk lansia di negara-negara maju, juga diikuti oleh negara berkembang, diantaranya adalah Indonesia. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10% jumlah penduduk. Padahal, sekitar tahun 1970 baru ada 2 juta orang. Selama 40 tahun, pertambahan jumlah lansia 10 kali lipat, sedangkan jumlah penduduk hanya bertambah 2 kali lipat[2]. Para ahli memproyeksikan pada tahun 2020 mendatang usia harapan hidup lansia menjadi 71,7 tahun dengan perkiraan jumlah lansia 28,8 juta jiwa atau 11,34%.
Peningkatan jumlah lansia tersebut akan menimbulkan masalah pada usia lanjut terutama masalah degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang semakin tinggi angka prevalensinya dan perlu diwaspadai adalah osteoporosis.
Menurut  World Health  Organization (WHO), pada tahun 2009 osteoporosis menduduki peringkat kedua dibawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia.  Menurut data  Internasional Osteoporosis Foundation (IOF) lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%, sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13% (WHO, 2009).
Angka ini yang semakin menunjukkan bahwa lansia jelas memiliki resiko yang besar terhadap kejadian kanker atau bahkan osteoporosis.

1.2.   Rumusan Masalah
1.      Apa itu osteoporosis?
2.      Bagaimana menangani pasien oosteoporosis?
3.      Apa dampak yang sering timbul pada penderita osteoporosis?




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Defenisi Osteoporosis
Osteoporosis adaah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan meningkatnya resiko patah tulang (WHO, International Consensus Development Conference, Roma, 1992)[3].
Massa tulang laki – laki dan perempuan akan berkurang seiring bertambahnya usia. Massa tulang pada perempuan berkurang lebih cepat dibanding dengan laki – laki. Hal ini terjadi karena pada masa menopause, fungsi ovarium menurun drastis dan berdampak pada produksi hormon estrogen dan progesteron. Saat hormon estrogen turun kadarnya karena lansia, maka terjadilah penurunan kerja sel osteoblas ( pembentukan tulang baru) dan terjadi peningkatan kerja sel osteoklas ( penghancur tulang).
                              
2.2.   Penyebab Osteoporosis
Penyebab osteoporosis secara garis besar dikelompokkan dalam dua kategori:
1.      Penyebab primer
Penyebab primer ini dapat terjadi karena menopause, usia lanjut dan penyebab – penyebab lain yang belum diketahui secara pasti.
2.      Penyebab skunder
Penyebab skunder dari penyakit ini adalah karena adanya penggunaan obat koryikosteroid, gangguan metabolisme, gizi buruk, penyakit tulang sumsum, gangguan fungsi ginjal, penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat saraf tulang belakang, rematik, transplantasi organ

2.3.   Patofisiologi Osteoporosis
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang.
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun,wanita akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 % / tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda. Pada wanita 40-50 % , penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris,  dan korpus vertebra. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal[4].



2.4.   Klasiffikasi Osteoporosis
Berdasarkan penyebabnya, osteoporosis dapat diklasifikasikan menjadi:
1.      Osteoporosis postmenopausal
Osteoporosis jenis ini terjadi karena kurangnya hormon estrogen yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejalanya timbul pada usia 57 – 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat.

2.      Osteoporosis senilis
Osteoporosis inimerupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dengan pembentukan tulang baru. Penyakit ini hanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih mungkin menyerang perempuan.
3.      Osteoporosis skunder
Osteoporosis jenis ini terjadi karena penyakit medis lainnya. Biasanya, gagal ginjal kronik, kelainan hormonal ( tiroid, paratiroid dan adrenal). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.
4.      Osteoporosis juvenil idiopatik
Osteoporosis ini belum diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormonal yang normal, vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
2.5.   Faktor Resiko
Faktor resiko yang sering tampak pada orang dengan:
a.       Menopause dini / amenore
b.      Kurang olahraga
c.       Merokok
d.      Minum alkohol
e.       Badan kurus
f.       Tidak punya anak
g.      Asupan kalsium rendah
h.      Kontak dengan sinar matahari sedikit
i.        Pemakaian kortikosterooid
j.        Memiliki riwayat osteoporosis




2.6.   Manifestasi Klinis
Pada awalnya penderita osteoporosis tidak mengetahui mereka menderita osteoporosis. Namun, seiring berjalannya waktu muncullah gejala – gejala berikut:
a.       Nyeri terus menerus
b.      Tubuh memendek
c.       Mudah menderita patah tulang, terutama tulang pinggul
d.      Disertai gejala menopause, panas, banyak keringat, keputihan dan susah tidur
e.       Pasca menopause, pelupa dan nyeri tulang belakang.
2.7.   Penegak Diagnosa
a.       Pengukuran massa tulang
b.      Radiologi ; sinar X
c.       Tes darah dan urine
d.      Skrining osteoporosis

2.8.   Penatalaksanaan
Pada osteoporosis biasanya tidak dapat disembuhkan seperti sediakala namun,prinsip pengobatan yang selalu digunakan adalah:
a.      Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
b.      Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
Pada osteoporosis yang telah mengalami patah tulang panggul, biasanya diatasi dengan pembedahan, patah tulang pergelangan biasanya di gips, jika terjadi penipisan tulang disertai dengan nyeri hebat, maka diberikan pereda nyeri, dipasangi support baxk brace dan dilakukan terapi fisik dengan melakukan kompres nyeri selama 10 – 20 menit.
2.9.   Pencegahan
1.      Makanan Seimbang dan Asupan Kalsium yang Cukup
Diet yang seimbang terdiri dari berbagai macam makanan dan asupan kalsium yang cukup adalah suatu tahapan penting dalam membentuk dan menjaga tulang tetap kuat dan sehat untuk mencegah osteoporosis. Kalsium di dalam darah memiliki berbagai macam fungsi. Jika kadar kalsium dalam darah tidak cukup, maka tubuh akan mengambil kalsium dari tulang. Kadar kalsium dalam makanan yang direkomendasikan adalah 1000 mg/hari. pada wanita yang telah menopause dan laki-laki yang telah berumur lebih dari 70 tahun membutuhkan kalsium lebih dari 1300 mg/hari. Pada anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan membutuhkan kalsium lebih dari 1300 mg/hari. Berbagai macam makanan yang merupakan sumber kalsium adalalah susu, yogurt, keju, bayam, brokoli, ikan sarden, ikan salmon, kacang almond, sereal, produk kedelai dan roti.


2.      Vitamin D
Vitamin D dan kalsium berperan dalam membentuk kepadatan tulang. Vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium dari makanan. Tanpa vitamin D yang cukup, tubuh tidak mampu menyerap kalsium dari makanan yang kita makan sehingga tubuh akan mengambil kalsium dari tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Vitamin D berasal dari 2 sumber yaitu vitamin D yang dibentuk di dalam kulit dengan bantuan sinar matahari dan vitamin D yang didapatkan dari makanan. Agar vitamin D dapat terbentuk di dalam kulit, maka sangat penting memaparkan tangan, wajah dan kaki pada sinar matahari pagi selama 6-8 menit tiap hari. Vitamin D juga bisa didapatkan dari berbagai makanan antara lain: ikan salmon, hati, telur, susu rendah lemak dan mentega. Kebutuhan vitamin D yang direkomendasikan adalah 800 IU/hari.
3.      Olah Raga
Olah raga sangat penting untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Tulang sama seperti otot yaitu jaringan tulang berespon terhadap olah raga yaitu menjadi lebih padat dan kuat. Puncak kepadatan tulang terjadi pada umur 30 tahun. Olah raga yang paling baik untuk mencegah terjadinya osteoporosis adalah weight bearing exercise yaitu olah raga yang melibatkan perlawanan terhadap gaya gravitasi seperti berjalan, mendaki, lari, memanjat, tenis, menari dan melompat. Jenis olah raga lain yang juga baik untuk mencegah osteoporosis adalah latihan kekuatan otot yaitu olah raga yang menggunakan kekuatan otot untuk membangun massa otot dan juga membantu memperkuat tulang, misalnya olah raga angkat beban. Olah raga sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 30 menit. Olah raga harus dilakukan secara teratur dan berkelanjutan untuk dapat mencegah osteoporosis.
4.      Stop Merokok
Orang yang merokok memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah daripada orang yang tidak merokok. Merokok tidak baik untuk kesehatan tulang, jantung dan paru. Pada wanita, nikotin yang terkandung di dalam rokok dapat menghambat efek perlindungan tulang oleh hormon estrogen. Wanita perokok lebih cepat mengalami menopause sehingga akan lebih cepat mengalami osteoporosis karena kepadatan tulang menurun lebih cepat setelah menopause.
5.      Kurangi Minuman Berkafein
Minuman berkafein seperti teh, kopi dan cola dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis.
6.      Stop Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Peminum berat lebih sering mengalami patah tulang karena nutrisi yang tidak adekuat dan juga alkohol dapat meningkatkan resiko terjatuh yang menyebabkan terjadinya patah tulang. Patah tulang yang terjadi berulang kali dapat meningkatkan terjadinya osteoporosis.

3.0  Manifestasi radiologi
a.       Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebrae spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya merupakan lokalisasi yang paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya trabeculla transversal merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus ke dalam ruang intervertebralis dan menyebabkan deformitas mbiconcave.
b.      Ct-Scan, dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang mempunyai nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral di atas 110 mg/cm3 biasanya tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau penonjolan, sedangkan dibawah 65 mg/cm3 hampir semua penderita mengalami fraktur.

3.1Pemeriksaan laboratorium
a.       Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b.      Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen merangsang pembentukan Ct)
c.       Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.
d.      Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.






















2.10.  Asuhan Keperawatan pada Osteoporosis
1.      Pengkajian
Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan resiko mengalami osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan. Wawancara meliputu pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause, dan penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok dan kafein. Setiap gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang, konstipasi atau gangguan citra diri, harus digali.
Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernafasan  dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.
2.      Diagnosa Yang Dapat Muncul
1.      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
2.      Nyeri b.d spasme otot, fraktur
3.      Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus
4.      Resiko terhadap cidera : farktur b.d osteoporosis
3. Intervensi
Nyeri sehubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae
Tujuan ;
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria :
-       Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya
-       Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup
-       Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana


INTERVENSI
RASIONAL
-          Pantau tingkat nyeri pada punggung, terlokalisisr atau nyeri menyebar pada abdomen atau pinggang
-          Ajarkan pada klien tentang alternatif lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.
-          Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri

-          Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adequat dengan berbaring dengan posisi terlentang selam kurang lebih 15 menit
-          Tulang dalam peningkatan jumlah trabekuler, pembatasan gerak spinal.

-          Laternatif lain untuk mengatasi nyeri pengaturan posisi, kompres hangat dan sebagainya.
-          Keyakinan klien tidak dapat mentolelir akanb obat yang adequaty atau tidak adequat untuk mengatasi nyerinya.
-          Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas sehari-hari.



Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik.
Kriteria :
-            Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik
-            Klien mampu melakukan ADL secara independent

INTERVENSI
RASIONAL
-          Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada

-          Rencanakan tentang pemberian program latihan :
¤     bantu klien jika diperlukan latihan
¤     ajarkan klien tentang ADL yang bisa dikerjakan,
¤     ajarkan pentingnya latihan
-          Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan ADL, rencana okupasi
-          Peningkatan latihan fisik secara adequat :
¤     Dorong latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti berjalan
¤     Instruksikan klien latihan selama kurang lebi 30 menit dan selingi dengan isitirahat dengan berbaring selam 15 menit
¤     Hindari latihan fleksi, membungkuk dengan tiba-tiba danmengangkat beban berat
-          Dasar untuk memberikan alternatif dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuannya.
-          Latihan akan meningkatkan pergrakan otot dan stimulasi sirkulasi darah.





-          ADL secara independent

-          Dengan latihan fisik :
¤     Massa otot lebih besar sehingga memberikan perlindungan pada osteoporosis
¤     Program latihan merangsang pembentukan tulang

¤     Gerakan menibulkan kompresi vertikal dan risiko fraktur vertebrae


Risiko injury (cedera)  berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan ketidakseimbangan tubuh
Tujuan :
Injury (cedera) tidak terjadi
Kriteria :
-       Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi
-       Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur

INTERVENSI
RASIONAL
-          Ciptakan lingkungan  yang  bebas dari bahaya :
¤     Tempatkan klien pada tetmpat tidur rendah
¤     Amati lantai yang membahayakan klien
¤     Berikanpenerangan yang cukup
¤     Tempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk diobservasi
¤     Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di ruangan
-          Berikan support ambulasi sesuai dengan kebutuhan :
¤     Kaji kebutuhan untuk berjalan
¤     Konsultasi dengan ahli terapis
¤     Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan
¤     Ajarkan klien waktu berjalan dan keluarg ruangan
-          Bantu klien untuk melakukan ADL secara hati-hati
-          Ajarkan pad aklien untuk berhenti secara pelan-pelan, tidak naik tangga dan mengangkat beban berat
-          Ajarkan pentingnya diit untuk mencegah osteoporosis :
¤     Rujuk klien pada ahli gizi
¤     Ajarkan diit yang mengandung banyak kalsium
¤     Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau kopi
-          Ajarkan efek dari rokok terhadap pemulihan tulang
-          Observasi efek samping dari obat-obtan yang digunakan
-          Menciptkan lingkungan yang aman danmengurangi resiko terjadinya kecelakaan.









-          Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.







-          Penarikan yang terlaluk keras akanmenyebakan terjadinya fraktur.
-          Pergerakan yang cepat akan lebih mudah terjadinya fraktur kompresi vertebrae pada klien dengan osteoporosis.
-          Diit calsium dibutuhkan untuk mempertahnkan kalsium dalm serum, mencegah bertambahnya akehilangan tulang. Kelebihan kafein akan meningkatkan kehilangan kalsium dalam urine. Alkohorl akan meningkatkan asioddosis yang meningkatkan resorpsi tulang.


-          Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis

-          Obat-obatan seperti deuritik, phenotiazin dapat menyebabkan dizzines, drowsiness dan weaknes yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh.









DAFTAR PUSTAKA

1.      Compston,Juliet.2002.Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis.Jakarta:Dian Rakyat.
2.      Junaidi,Iskandar.2007.Osteoporosis.Jakarta:Gramedia.
4.      Sain,Iwan.2011. Askep Pada Klien Dengan Gangguan Metabolisme Tulang : Osteoporosis.
5.      Widya,Febri. 2010. Penelitian Hubungan Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis Dengan Tingkat Resiko Osteoporosis Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman Tahun 2010. Padang: Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar